Postingan

 Bagi yang ingin mengasah lebih dalam lagi kemampuan menulis bisa gabung di kelas menulis buku cerita anak. Di sini akan ditemani oleh para pakar yang ahli dalam menulis. Belajar menulis dari 0 dan akan dibimbing sampai bisa menghasilkan karya. Yuk join di https://dash.menulisbukucerita.com/aff/153/1889/

PUISI PATIDUSA

Kurelakan Kau Pergi By: Sifaiah Eril, Itulah namamu Sosok penuh sahaja Dibalik kemegahan yang dimiliki Namamu kini tinggal kenangan Usai sudah penantian Kembali keharibaan Illahi Kepergianmu Penuh misteri Duka, sedih, pilu Seakan seluruh jagat kehilangan Banyak kisah menyertai takdirmu Rasa begitu haru Namun kurelakan Perpisahan Ikhlas Kulepas kepergianmu Meski menyisakan duka Namun akan tetap kurelakan Kini tiada lagi kesedihan Kau kini tenang Dalam pelukan Illahi Bima, 15 Juni 2022 Hasil belajar bersama puisi patidusa Bersama PPMN NTB    
 Yuk gabung, pemula juga bisa lho...akan diberikan beasiswa kelas menulis buku khusus perempuan dari berbagai kalangan dengan kuota 60 peserta.   Yang berminat silakan klik link dibawah ini http://www.penulispilihan.com/2022/06/beasiswa-penulis-pilihan.html

Silaturrahim Lewat Menulis

Tepat tanggal 25 Maret 2022 lalu mencoba mengisi formulir pendaftaran Beasiswa Penulis Pilihan. Meski ragu karena tidak yakin dengan kemampuan yang masih pemula dan sempat keluar dari grup. Mbak Leni, ya namanya Mbak Leni yang memberi semangat dan menyarankan mencoba. Akhirnya Saya mau bergabung lagi dengan tujuan menyimak saja sambil perlahan-lahan belajar. Di grup Beasiswa Penulis Pilihan kami berbaur bersama teman-teman dari berbagai penjuru untuk sama-sama belajar mulai dari nol. Di grup ini juga saya bisa mendapatkan info seputar ilmu kepenulisan. Saya yang pemula menjadi banyak tahu dan terus mencoba menulis. Awalnya saya ragu karena merasa tidak sanggup menulis sesuai tantangan tapi setelah dicoba alhamdulilah mengalir dengan sendirinya...terimakasih atas suport dan ilmunya Mbak, semoga menjadi amal jariyah dan lewat grup ini kami sebagai pemula mendapat tempat yang tepat untuk tetap belajar menulis dan berkarya. Terimakasih Mbak Leni dan Teh Indari, yang telah menyediakan wadah

SEMBURAT MERAH JINGGA

       Semburat merah jingga di ufuk timur memancar dahsyat lewat pancaran sinar matahari pagi. Berjalan tergesa-gesa menelusuri jalan setapak pinggir kebun dan tepian sungai. Jalan setapak ini menjadi saksi perjalanan dinasku menjadi abdi Negara selama 14 tahun. Waktu yang cukup lama untuk sebuah pengabdian. Guru itulah profesiku, mengabdi dengan mendidik siswa di pelosok desa. Aku   satu-satunya guru yang tempat tinggalnya paling jauh dari sekolah. Perjalananku menuju sekolah membutuhkan waktu lebih kurang satu jam perjalanan. Aku yang tidak bisa mengendarai motor harus rela naik bemo dari rumah menuju sekolah kemudian berjalan kaki menelusuri jalan setapak ini karena bangunan sekolah yang   jauh dari jalan raya. Aku harus segera sampai di   sekolah meski bulir-bulir keringat mulai menetes di balik seragam dinasku tetap saja kupacu langkah kakiku agar cepat sampai di sekolah. Tepat jam 07.15 aku sudah sampai di halama sekolah. Berjalan di teras sekolah menuju ruang guru di sana sud

Si Butut

Si Butut Sore yang mendung aku masih bertengger manis di rak sepatu pojok teras rumah tuanku yang biasa di sapa Denis. Melelahkan setelah seharian menemani Denis yang ikut lomba. Badanku rasanya masih pegal-pegal ingin istirahat. Denis menghampiri kemudian memandangku sekilas dengan wajah yang sulit kutebak. Kulihat Denis duduk termenung. Bimbang itulah yang kutemukan diwajahnya. Perlahan ia bangun dan membuka rak sepatu dan tangannya menjulur ke arahku.  “Eit, sebentar. Denis akan membawaku ke mana ya?” batinku. Belum hilang rasa heran tiba-tiba dengan cekatan Denis mengikatkan kedua tali dibadanku. Berjalan keluar halaman entah ke mana tempat dituju. Tubuhku terayun-ayun dengan keras membuatku pusing. Langkah kaki Denis berhenti tepat di pinggir sungai. Kemudian, “Aaarrrgh,” teriakku. Buughhh. Tubuhku terlempar jatuh menggelinding di tanah yang menjorok ke bawah. Aku menoleh melihat Denis diatas sana berbalik badan dan meninggalkanku. Kutarik nafas sambil melihat sekeliling rupanya i